Pathummakutty dan Hipathutty,
keduanya berusia 65 tahun, adalah
pasangan kembar tertua di desa tersebut. adapun yang termuda adalah Rifa
Ayeshandan dan Ritha Ayesha. keduanya baru lahir 10 Juni lalu. Bayi
kembar
identik tersebut sangat sulit dibedakan, namun orang tuanya mengaku
dapat membedakan keduanya.
Menjalani hidup sebagai orang kembar tak selalu mudah. Pathummakutty
mengenang bagaimana orang tuanya berjuang mati-matian untuk menghidupi
dia dan saudaranya saat masih kecil. Namun dia juga ingat masa-masa
indah seperti saat keduanya tertawa bersama gara-gara orang kebingungan
mengira dirinya adalah saudara kembarnya.
Saking banyaknya anak yang kembar, para guru di desa Kodinji kerap salah
menunjuk. Salmabi, salah seorang siswa yang memiliki saudara kembar,
pernah merasa sangat kesal lantaran dia dituding melakukan apa yang
dilakukan saudara kembarnya, "itu selalu terjadi setiap saat" katanya.
Para ilmuwan masih berupaya menyibak misteri mengapa terdapat banyak
pasangan kembar di desa tersebut. "Berdasarkan fakta-fakta ilmiah, kami
menduga hal itu disebabkan oleh faktor lingkungan, bisa jadi kandungan
zat air" kata MK Sribuju, dokter setempat.
Dia mengatakan, penyebab utama kelahiran kembar biasanya adalah
obat-obatan. di dunia barat mereka yang melahirkan anak kembar sebagian
besar pernah mengkonsumsi obat penyubur, karena kebiasaan makan atau
mengkonsumsi suatu obat secara berlebihan.
Kelahiran
kembar juga di pengaruhi semakin tingginya usia perkawinan. Orang yang
telat menikah memiliki resiko melahirkan anak kembar,
katanya. Namun itu juga tidak berlaku di desa Kodinji, sebab di desa itu
sebagian besar warganya menikah pada usia 18 hingga 20 tahun.
"Semua faktor yang dapat memicu kelahiran kembar tidak kami temui di sini, apa penyebab fenomena ini belum diketahui" tandasnya.
Penduduk
desa Kodinji percaya kelahiran kembar terkait dengan air. Kodinji
merupakan desa yang dikelilingi lahan berair, saat musim hujan
desa itu tidak dapat diakses karena lebatnya hujan, sementara ilmuwan
berupaya mencari penyebab banyaknya anak kembar di desa itu, para orang
tua sibuk meminta anak-anaknya agar tidak selalu bersama, namun upaya
itu tidak banyak membantu mengingat banyak anak kembar yang memiliki
nama serupa dan mengenakan baju yang nyaris tanpa beda.
Para
orang tua juga sering kerepotan karena salah satu anak kembar sakit,
maka akan diikuti oleh saudara kembarnya. Kendati demikian, untuk soal
hobi tak semuanya sama, kembar identik Anu dan Abhi misalnya menyukai
bintang film yang berbeda, untuk urusan olahraga mereka juga tidak sama,
yang satu suka bermain kriket, sementara yang lain menggandrungi sepak
bola.
Dengan segala perhatian yang ditunjuk kepada anak
kembar di desa Kodinji, Ajmer (12) jadi merasa bahwa menjadi kembar itu
trendi.
sumber