Di masa lalu, anak-anak kadang mencuri-curi uang jajan dari uang belanja orangtuanya. Kini, hal itu dilakukan terhadap kartu kredit orangtuanya saat belanja online.
Demikian salah satu temuan dalam survei Norton Online Family yang dilaksanakan perusahaan software keamanan Symantec seperti disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com.
Menurut hasil survei itu, sebanyak 23 persen orangtua melihat anaknya menjadi boros setelah diizinkan memakai kartu debit atau kredit mereka untuk berbelanja online. Tapi, yang lebih merisaukan, sebanyak 30 persen orangtua mengatakan bahwa anak-anak memakai kartu kredit orangtuanya tanpa izin saat belanja online.
Menurut Effendy Ibrahim, Internet Safety Advocate & Director, Asia, Consumer Business, Symantec orangtua sebaiknya melakukan diskusi terbuka dengan anak-anak mereka mengenai penggunaan internet.
"Meskipun 63% orang tua mengatakan mereka berbicara kepada anak-anak mereka mengenai keamanan saat online, sepertiga (34%) tetap secara diam-diam mengecek penggunaan online anak mereka dan 25% mengecek jejaring sosial anak-anak mereka tanpa sepengetahuan anak-anak tersebut," ujar Effendy.
Dikatakan bahwa sekitar 62 persen anak di seluruh dunia terpapar pengalaman negatif saat online. Sebanyak 39 persen bahkan mengalami pengalaman yang serius seperti menerima gambar yang tidak pantas, jadi korban bullying atau jadi korban penjahat cyber.
Jika aktif menggunakan jejaring sosial, risiko anak-anak terpapar hal-hal negatif pun meningkat. Angkanya menjadi 74 persen bagi pengguna jejaring sosial dan 38 persen bagi yang bukan.
______________
According to the survey, as much as 23 percent of parents see their children become wasteful after being allowed to use their credit or debit card to shop online. But, more troubling, as much as 30 percent of parents say that children use their parents credit card without permission when shopping online.
Sumber : Kompas
Demikian salah satu temuan dalam survei Norton Online Family yang dilaksanakan perusahaan software keamanan Symantec seperti disampaikan dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com.
Menurut Effendy Ibrahim, Internet Safety Advocate & Director, Asia, Consumer Business, Symantec orangtua sebaiknya melakukan diskusi terbuka dengan anak-anak mereka mengenai penggunaan internet.
"Meskipun 63% orang tua mengatakan mereka berbicara kepada anak-anak mereka mengenai keamanan saat online, sepertiga (34%) tetap secara diam-diam mengecek penggunaan online anak mereka dan 25% mengecek jejaring sosial anak-anak mereka tanpa sepengetahuan anak-anak tersebut," ujar Effendy.
Dikatakan bahwa sekitar 62 persen anak di seluruh dunia terpapar pengalaman negatif saat online. Sebanyak 39 persen bahkan mengalami pengalaman yang serius seperti menerima gambar yang tidak pantas, jadi korban bullying atau jadi korban penjahat cyber.
Jika aktif menggunakan jejaring sosial, risiko anak-anak terpapar hal-hal negatif pun meningkat. Angkanya menjadi 74 persen bagi pengguna jejaring sosial dan 38 persen bagi yang bukan.
______________
According to the survey, as much as 23 percent of parents see their children become wasteful after being allowed to use their credit or debit card to shop online. But, more troubling, as much as 30 percent of parents say that children use their parents credit card without permission when shopping online.
Sumber : Kompas
Labels:
teknologi
Thanks for reading Saat Online, Banyak Anak "Colong" Kartu Kredit Orangtua. Please share...!
0 Comment for "Saat Online, Banyak Anak "Colong" Kartu Kredit Orangtua"