Mata bionik bernama Argus. Membantu si buta bisa melihat kembali. Masih dalam tahap pengembangan.
Seorang wanita berusia 50 tahun asal kota New York yang telah didiagnosa mengalami kebutaan sejak berusia 13 tahun mendapatkan kembali penglihatannya. Wanita tersebut bisa melihat lagi pasca menjalani operasi penanaman perangkat mata bionik dalam sebuah operasi.
Operasi penanaman mata bionik tersebut berlangsung dengan lancar. Pemasangan mata bionik merupakan kasus pertama kali di kota New York. Operasi dilakukan oleh tim medis yang dipimpin oleh ahli mata Dr. Lucian V. Delpriore dari Rumah Sakit Presbyterian dan Fakultas Kedokteran Universitas Columbia.
Penanaman mata bionik kini menjadi alternatif penanganan bagi mereka yang mengalami kebutaan. Operasi semacam ini khususnya dilakukan untuk pasien yang mengalami kebutaan akibat penyakit yang menyerang retina mereka. Selanjutnya ia akan menjalani fase intensif rehabilitasi membutuhkan waktu sekitar enam bulan. “ Tetapi proses dapat berlanjut selama setahun atau lebih,” kata Delpriore
Sebelumnya pemasangan mata bionik di Inggris Raya juga pernah dilakukan. Di akhir tahun 2008, dilakukan uji coba operasi ini. Salah satu pasien adalah Ron,73, kakek asal Inggris. Setelah 30 tahun kehilangan penglihatannya atau mengalami kebutaan seperti menemukan kehidupan baru kini ia mampu melihat lagi. Ron mampu melihat terangnya cahaya setelah sepasang mata bionik dipasang lewat sebuah operasi.
Kakek ini menjadi obyek uji coba 7 bulan lalu sebagai pasien Rumah Sakit Moorfield yang terletak di kota London. Ron mengatakan saat ini ia mampu mengikuti garis lurus lurus putih di jalan menggunakan teknologi mata bionik yang diberi nama sebagai Argus II.
SISTEM OPERASI MATA BIONIKMata bionik yang dinamakan Argus II memiliki 3 komponen penting. Komponen pertama adalah bagian yang ditanamkan (implanted part). Bagian ini terdapat di dalam mata pasien. Bagian kedua adalah kamera mini dan transmitter yang ditempelkan dalam kacamata. Bagian terakhir adalah wireless microprocessor dan batteray.
Kamera bionik ini cara kerjanya tak beda dengan sebuah kamera pemantau. Mata bionik memakai sebuah kamera dan video processor yang ditempelkan pada kaca mata untuk mengirim gambar yang berhasil ditangkap untuk selanjutnya dikirim ke penerima kecil yang lokasinya diluar mata.
Selanjutnya penerima akan menyalurkan data-data tersebut melalui kabel kecil ke sebuah elektroda penyusun yang diletakakan di retina. Lapisan sel ini dalam kondisi normal merespon cahaya yang ditemukan dibalik mata. Ketika elektroda ini distimulasi mereka akan mengirim pesan ke otak. Diharapkan otak mampu membedakan pola dari daerah gelap dan terang seperti pengiriman dari elektroda dan pasien akan belajar untuk menginterpretasikan pola visual yang dihasilkan menjadi gambar yang berarti.
“Dengan sistem ini orang yang mengalami kebutaan akan mampu membedakan cahaya dari kegelapan, mengenali pola-pola visual, melihat makanan dari sebuah piring dan navigasi di suatu lingkungan yang belum ia kenal,” kata Del Priore.
Ron Saat ini mata bionik ini belumlah mampu mengembalikan secara penuh kemampuan melihat. Namun setidaknya sudah mengurangi ketidakmampuan sesoerang. Seperti yang dialami oleh Ron. Meskipun sebatas itu dalam sebuah wawancara yang diadakan oleh BBC, pria lanjut usia ini mengungkapkan rasa kegembiraannya. Ia mengatakan : “Hampir selama 30 tahun saya tak bisa melihat apa-apa, namun sekarang seberkas cahaya muncul kembali. Tiba-tiba mampu melihat cahaya kembali sungguh luar biasa,” ujar Ron. “ Satu keinginan kuat saya saat ini adalah bisa keluar di satu sore yang cerah dan menikmati keindahan rembulan,” tambahnya.
Apa yang dirasakan oleh Ron menjadi kebahagiaan tersendiri bagi istrinya. Menurut istrinya ada banyak kemajuan yang dicatat oleh Ron. “ Saat ini Ron sudah mampu melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak bisa ia lakukan. Ia bisa mencuci, mampu mebedakan warna putih dari bagian yang berwarna-warni,” katanya.
Istri Ron dengan sabar mengajarinya bagaimana cara mengoperasikan mesin cuci. Kini kerjaan rumahnya menjadi sedikit berkurang ia hanya tinggal menyetrika saja.
Di samping Ron, 17 pasien lainnya di AS, Eropa dan Meksiko menjadi bagian dari uji coba dari Argus II untuk melihat apakah itu aman dan efektif dalam memulihkan setidaknya sebagian visi untuk orang yang menderita retinitis pigmentosa (RP), genetik penyakit mata yang menyebabkan kebutaan.
Retinitis Pigmentosa adalah suatu kemunduran yang progresif pada retina yang mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan. penyakit keturunan yang jarang terjadi. Beberapa bentuk penyakit ini diturunkan secara dominan, hanya memerlukan 1 gen dari salah satu orang tua; bentuk yang lainnya diturunkan melalui kromosom X, hanya memerlukan 1 gen dari ibu.
Penyakit ini terutama menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol penglihatan pada malam hari. Pada retina bisa ditemukan pigmentasi yang berwarna gelap. Diperkirakan di Inggris raya 20,000 hingga 25,000 orang terjangkit ini.
Hasil awal menunjukkan bahwa tidak ada kegagalan perangkat dan hanya sedikit "serius dampak buruk," yang paling serius yang mengakibatkan penghapusan suatu implan tanpa kesulitan atau kerugian bagi individu, perusahaan dilaporkan pada bulan November.
Dalam satu rilis laporan perusahaan, Robert Greenberg, MD, PhD, President dan CEO dari Second Sight mengatakan sejauh ini hasil tahap uji coba mereka cukup memuaskan. Hasilnya dari 11 pasien yang diteliti memperlihatkan perkembangan yang bagus. Mereka mampu mengetahui lokasi pintu dari jarak 6 meter dan mampu berjalan menyusuri jalan dengan petunjuk garis sejauh 6 meter.
Mata bionik ini merupakan pengembangan dari perusahaan asal USA US Company Second Sight. Argus II dan pendahulunya Argus I telah diimplementasikan untuk membantu mengurangi aspek kehilangan penglihatan terhadap 20 pasien di Amerika Serikat. Saat ini para ahli terus berupaya meningkatkan kemampuan mata bionik ini. Satu tim khusus dipimpin oleh Dr. Mark Humayun, seorang pengajar di University of south Carolina.
ADA PENELITIAN SEJENISDari situs www.scientificamerican.com dikabarkan peneliti lain juga bekerja pada prostesis yang dirancang untuk membantu orang buta melihat lagi. John Pezaris, seorang rekan peneliti di Harvard Medical School, juga tengah mengembangkan salah alat bantu yang akan menggunakan listrik microstimulation di talamus (lobed ganda massa materi kelabu sel-sel di bagian atas batang otak yang menerima indra visual gambar) untuk setidaknya mengembalikan sebagian penglihatan .
Prostesis itu dikenakan seperti sepasang kacamata, dengan kamera digital yang menutupi mata yang terhubung ke array elektroda tertanam dalam otak. Meski demikian Pezaris tidak berjanji untuk memulihkan penglihatan normal, tapi berharap mengembalikan kemampuan untuk menyampaikan informasi yang cukup untuk otak akan memungkinkan orang yang kehilangan penglihatan yang lengkap untuk dapat mengidentifikasi objek sederhana dan bahkan mengenali wajah. "Para implan retina teknologi maju pada tingkat yang mengesankan, tetapi hal yang paling menarik adalah untuk melihat bagaimana subjek relawan yang telah menerima Argus II awal implan akan tarif sebagai berjalannya waktu," kata Pezaris.